ADA KEMULIAAN DI BALIK SALIB

Matius 20:17-19

17 Ketika Yesus akan pergi ke Yerusalem, Ia memanggil kedua belas murid-Nya tersendiri dan berkata kepada mereka di tengah jalan:

18 “Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati.

19 Dan mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, supaya Ia diolok-olokkan, disesah dan disalibkan, dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan.”

Apa yang barusan kita baca adalah perbincangan antara Yesus dan murid-murid-Nya, yang menarik dalam perbincangan mereka adalah, Yesus sengaja meminta kepada Murid-Nya untuk pergi ke Yerusalem supaya Dia di tangkap. Ketika Yesus sedang berbincang, posisinya di Kapernaum, jarak ke Yerusalem sekitar 120–150 KM Jika berjalan kaki 4–6 hari.

Mungkin hanya Yesus satu-satunya orang yang sengaja datang berjalan kaki sampai 4-6 hari hanya untuk di tangkap, dan jelas Yesus tahu bahwa Dia tidak hanya akan di tangkap, Matius 20:19 ….. supaya Ia diolok-olokkan, disesah dan disalibkan, dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan.”

Normalnya orang akan lari jika dia tahu keadaan di depan tidak akan baik dan bersahabat dengan dia, bahkan orang yang jelas-jelas bersalah sebisa mungkin lari supaya tidak di tangkap, padahal dia layak untuk menerimanya. Yesus jelas tidak ada kesalahan apapun yang ada padanya, bahkan sampai hari ini orang masih terus menerus mencari kesalahan Yesus, tetapi mereka semua gagal menemukannya. Karena Yesus dalam ke Allahan-Nya 100 persen dan kemuanisaanya 100 persen tidak pernah berbuat kesalahan.

Dari sini kita belajar untuk tidak lari dari salib yang memang sudah di siapkan untuk kita, salib memang kelihatannya penghukuman bagi siapa saja yang memikulnya, tetapi ada kemuliaan di baliknya.

Filipi 2:9-11

8 Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.

9 Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama,

10 supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi,

11 dan segala lidah mengaku: “Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemuliaan Allah, Bapa!

Tidak ada kemuliaan tanpa pengorbanan, tidak ada kemuliaan tanpa salib.

Matius 16:24 Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.

Roma 8:17 Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.

 

Apa yang membuat seseorang dengan sengaja mau memikul salibnya:

1. Tingkat kedewasaan

Jika seseorang memasuki usia dewasa, dia mungkin telah belajar bahwa dia bisa mengatasi lebih banyak rasa sakit dari pada yang pernah dia bayangkan.

Anak-anak lebih sensitif terhadap rasa sakit karena sistem saraf dan mekanisme pengelolaan nyeri mereka belum matang. Mereka juga lebih emosional dalam menanggapinya.
Orang dewasa memiliki kontrol lebih baik terhadap rasa sakit karena pengalaman, pemahaman, dan hormon pereda nyeri yang lebih tinggi.

Coba cek bagaimana kita mengelola rasa sakit dan penderitaan dalam hidup kita, apkah kita gampang emosi, itu berarti anda beleum dewasa, gampang down, gampang takut.

Atau dalam menghadapi penderitaan kita lebih terkontrol, tetap tenang dan mampu beradaptasi, itu tanda kedewasaan yang baik.

2. Kemampuan untuk melihat jauh kedepan.

Manusia bisa menahan rasa sakit yang sangat besar jika mereka bisa melihat tujuan dari rasa sakit tersebut dan upah yang diperoleh dari rasa sakit tersebut. Seperti itulah tepatnya yang Yesus lakukan Ketika Dia disalib. Yesus merasakan kesakitan yang luar bisa, namun Dia mengabaikan rasa sakit itu dan mendapatkan upah disurga. Dia memiliki perspektif kekal.

Yesus tidak hanya melihat saat ini dan disini. Jika Dia begitu, masa depan-Nya akan tampak suram, dan Dia akan putus asa. Tetapi Yesus menabaikan rasa sakit itu dan melihat upah disurga. Dia lebih menghargai upah kekal itu dibandingkan pertolongan sementara apapun dibumi.

Saat kita menderita dan hanya melihat saat ini, kita bisa berkecil hati dan depresi, Terkadang kita mungkin merasa ingin menyerah. Satu-satunya cara agar kita bisa melewati masa-masa tersulit dalam hidup adalah dengan melihat melampaui rasa sakit, yaitu kepada upah di surga.

Seorang Ayah dan ibu akan melakukan apapun untuk masa depan anaknya, kemarin pada waktu kami bermain badminton saya sempat ngobrol dengan Sister dari bang Mike, dia bercerita bagimana sebelum Covid dia melakukan apa saja supaya anak-anak bisa sekolah dengan baik.

Jika bapa di dunia rela melakukan pengorbanan yang begitu hebat, tentu Jika kita melihat bagaimana penderitaan Yesus yang begitu kejam, itu Dia lakukan karena melihat wajah-wajah kita juga sebagai anak-anak nya.

Yesaya 43:4 Oleh karena engkau berharga di mata-Ku dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau, maka Aku memberikan manusia sebagai gantimu, dan bangsa-bangsa sebagai ganti nyawamu.

BERDOA KEPADA YESUS

Percaya Dia selalu bersama kita

DATANG PADA YESUS

Sadar akan Perbuatan dan kembali ke jalan-Nya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *